Saturday, October 29, 2016

Akhirnya Sampai Juga di Mersin

Akhirnya Sampai Juga di Mersin
Pemandangan di luar jendela pesawat menuju Istanbul, Turki
Perjalanan panjang dimulai dari Jakarta menuju Istanbul, sekitar 12 jam aku dan Sandi di pesawat Turkish Airlines asik mengobrol, nonton film, ngerasain makanan yang asem asem gimana gitu, dan bermacam hal lainnya.

Akhirnya Sampai Juga di Mersin
Konter YTB Bersama Sandi di Bandara Istanbul Attaturk, Turki


Sesampainya di Istanbul Attaturk Airport, suhu puncak tak berarti apa-apa pada dinginnya musim gugur Istanbul. Angin berhembus sangat kencang dan sejuk pada pukul 5 shubuh, aku menjelajahi bandara sekitar 2 jam lamanya sampai penerbangan selanjutnya menuju kota Adana.

Akhirnya Sampai Juga di Mersin
Pemandangan menuju bandara Adana, Turki
Istanbul-Adana memakan waktu 2 jam, setibanya di Adana aku mencari wifi bandara dan ternyata tidak ada sehingga aku tidak bisa menghubungi kaka PPI(Perhimpunan Pelajar Indonesia) yang hendak menjemput pada saat kedangatanku di Adana.

Aku memberanikan diri untuk bertanya sekitar cara untuk menuju kota Mersin. Akan tetapi, mayoritas orang Turki sedikit sekali yang mengerti bahasa Inggris dan itu sangat menyulitkan untuk berkomunikasi dan mengerti satu sama lain.
Diperlukan Mental yang Kuat untuk Menjelajahi Dunia.
Sampai akhirnya gestur menjadi pilihan terakhir untuk berkomunikasi. Setelah diberikan rute menuju kota Mersin, aku bergegas untuk melakukan apa yang diarahkan oleh mereka. Suasana jalanan yang tandus memberikan kesan negatif pada pikiranku yang akan tinggal selama 5 tahun mendatang.

Tetapi, pikiran negatif itu kandas setelah sampai menuju kota Mersin. Tatanan jalan yang rapih dan mulus, sangat cocok untuk berjalan atau bersepeda seharian, bangunan yang eksotis berbau eropa campur timur tengah menghiasi sudut jalanan, dan hamparan lautan di sisi jalan menuju asrama membuatku takjub seketika akan pemandangan yang sering kali aku lihat di film-film.

“Sepertinya tidak salah dan beruntung sekali untuk tinggal di kota seperti ini,” pungkasku dalam hati sambil merekam sisi jalan menggunakan GoPro. Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya tiba juga di asrama pada jam 1 siang dan disambut meriah sekali oleh penduduk lama. Semuanya menggunakan bahasa Turki sampai petugasnya pun tidak ada yang bisa bahasa Inggris.
Indahnya Berbagi Sesama Manusia.
Alhasil, setiap pengurusan asrama harus ada mahasiswa yang mengerti bahasa Inggris agar bisa menerjemahkannya ke padaku. Pada siang itu, bertemulah aku dengan pria tangguh dari Suriah, Hussein, yang sangat baik kepadaku. MasyaAllah, dermawan sekali orang ini berbagi mulai dari ruangan untuk tinggal 2 hari sampai aku dapat ruangan sendiri, memberi sinyal WiFi secara gratis, hingga makanan yang membuatku tidak pernah merasa kelaparan.

Tidak ada waktu istirahat pada saat tiba di asrama karena aku mengajak Hussein untuk menemaniku membeli semua kebutuhan yang aku perlukan untuk awal-awal ini, seperti SIM Card, air mineral, menukarkan uang dari Dollar menjadi Lira, dan kartu transportasi.

Sepertinya hari-hariku akan indah karena memiliki teman seperti dia.


EmoticonEmoticon